mungkin aku akan jadi ayah, mungkin pula anakku akan memanggil mu nenek,atau mungkin pula tak sempat mereka memanggil mu nenek.
semua berlalu - begitu cepat bu...
aku masih ingat diantar kau pergi sekolah Taman kanak-kanak, tak ada keceriaan di wajahku, yang ada isak tangis karena temanku sering mengejek sepatuku yang bolong,
Bu, kau yang selalu mengingatkanku, membisikan kata-kata "biar bolong sepatu ini dulunya bagus, kan masih bisa dipakai, bolong sedikit mah tidak apa-apa, biar kaki kamu bisa bernafas, kasihankan?" aku pun kembali tersenyum...
beberapa tahun kebelakang semasa sekolah, aku masih ingat saat berangkat selalu saja ada sarapan nasi, telur dadar dan tahu goreng.....tahu goreng menu tiap pagi selama 3 tahun tapi telur kadang ada kadang tidak. Bu di Jakarta ini tidak ada tahu yang enak seperti di Bandung yaaaa....bukan di Bandung tapi di bedeng tempat tinggal kita.
Bu kadang aku sering melamun jika aku kaya nanti aku ingin tinggal bersamamu, bersama adik dalam satu rumah tidak dengan yang lainya....hanya kita. aku sudah bosan dengan segala sesuatu dengan segala tepa selira bu. kadang orang lain tidak menghiraukan kita. ah sudahlah mengapa bicarakan orang lain...
sekarang aku tidak melamun, tapi sedang jauh dari mu bu..... maaf bu lamunan tadi sekarang ini telah berubah, apakah umur yang mempengaruhinya akupun tidak tahu pasti. ada apa denganku yaa bu aku ingin tinggal bersama anak istriku, aku ingin menikah, kenapa lamunanku harus berubah....kenapa tidak ada Ibu lagi dalam lamunanku? kenapa harus ada orang lain yang baru aku kenal? kenapa bu? apakah ini karma? seperti kau yang meninggalkan nenek ketika dinikahi bapak.
Mesti kah harus ada yang hilang, mestikah harus selalu melihat kedepan.....ah aku jadi ngeri....sampai kapan karma ini menimpa manusia menjauhi cinta seorang Ibu untuk belajar mencintai dan kehilangan terus dan terus
setiap anak akan kehilangan Ibunya, setiap Ibu akan kehilangan anaknya tapi seorang anak tetap saja anak-anak di depan ibunya.