Thursday, September 20, 2007,12:55 AM
Ruangan
Ruangan ini berukuran 6 x 3 meter saja. 9 unit komputer dan meja ditata menyerupai ruang kelas anak sekolah. 9 unit komputer itu disebut arena utama. Arena lainnya adalah 3 buah meja yang tersusun di pinggir, rapat dengan dinding. 2 meja penuh dengan tumpukan file, sedangkan satu lagi tempat untuk menyimpan tas. Di depan arena utama ada sebuah papan tulis putih, tempat sampah, dan meja file. Pintu masuk pun terdapat di depan arena utama. Jika ada yang masuk, penghuni arena utama serasa didatangi oleh guru wali kelas.


Sembilan unit komputer disusun menjadi 3 baris. Masing-masing terdiri dari 3 unit. White board berdiri di atas lantai, tidak seperti di ruang kelas sekolah, menggantung di tembok. Di atas papan tulis ada jendela yang berhadapan langsung dengan barisan komputer. Ruangan ini memiliki pintu, jika ada seseorang yang masuk, ia pun akan berada tepat di depan barisan tersebut. Sebelah kiri dari barisan ini terdapat 3 meja. Dua meja untuk menyimpan file dan satu ladi penuh dengan tas. Tas karyawan yang bekerja di ruangan ini.


Kertas-kertas putih menempel di dinding ruangan yang berwarna biru. Ada yang seperti puisi ada yang setengah makian “jangan membuang sampah sembarangan!!!”. Tempelan ini adalah informasi. Informasi yang menjadi batas-batas untuk bergerak. Misalnya saja tempelan “tempat kerja jaringan Laptop” yang berada di atas meja. Sebagai sebuah batas maksud tempelan tersebut adalah yang tidak punya Laptop jangan bekerja di sini. Tempelan lainnya adalah “tempat tas mohon menempatkan dengan rapi” artinya karyawan yang bekerja di ruangan ini harus menyimpan tas dengan rapi di tempat tersebut Semua karyawan sepertinya bergerak dengan perintah-perintah yang menempel di dinding.


Sebagian kertas-kertas bertumpuk tak karuan. Sebagian lagi tersusun rapi dalam map berwarna hitam. Masing-masing map bertuliskan nama suatu program tayangan televisi. Data, begitulah para pekerja menamakannya. Data ini disusun setiap hari. Diutak-atik, diberi warna agar menarik. Jelas ini bukan kode togel, ini adalah rekaman sejarah. Sejarah yang dipakai untuk bercermin, bagaimana kemungkinan suatu program esok hari. Artefak sejarah inilah yang dibagikan kepada para pekerja di luar ruangan ini. Beberapa dari mereka mensakralkannya sebagai petunjuk, yang lain mengaggapnya tidak terlalu penting, lainnya lagi tidak mengerti dengan warna-warni tersebut.


Ruangan ini berdebu, meski di bersihkan setiap hari. Mungkin debu-debu ini berasal dari sel kulit yang mati, sel kulit para pekerja. Jumlah pekerja di ruangan ini cukup banyak, untuk mengumpulkan satu kilo sel kulit mati per bulan sebagai bahan makanan Tungau debu. Dinginnya penyejuk ruangan berguna untuk mengawetkan sel kulit yang luruh dari tubuh. Tungau tidak harus cerdik untuk membuatnya sebagai cadangan makanan saat para pekerja berlibur.
 
diketik oleh helmi matari
0 ada komentar?
seperti mentari yang tak mengeluh pada harus