Wednesday, March 12, 2008,3:55 AM
saya dan wartawan
selagi menunggu burhanudin keluar setelah diperiksa KPK, seperti biasanya para pemberita menunggu di teras gedung yang cukup mewah itu. angin terasa kencang, wuis .....

Ditengah ramainya orang entah mengapa begitu sunyi, sesekali saya lihat orang berkerumun, berbincang, sambil merokok, tertawa, asapnya mengepul, debunya tersapu angin, kadang perih terkena mata, pintu utama menjadi pusat perhatian, ada orang keluar agak ramai sedikit,para pemberita itu sibuk menyiapkan alat rekam, entah kamera video, kamera foto, tape, MP3,

Lelaki dengan rambut sedikit cepak, menenteng alat rekam yang baru kali pertama saya lihat, ukurannya sekitar 15 x 20 cm, bertuliskan Marantz, si cepak itu mendekat, berbasa-basi, kebetulan saya pun ingin mengetahui alat rekam tersebut,

cepak: mas kerja di Trans ya?
saya : Iya
Cepak: udah berapa lama?
saya : 2 Tahun
Cepak: Kok saya baru melihat?
saya : oooooo saya ke lapangan baru beberapa bulan ini
Cepak: ooooo baru yaaaa....,
saya : kalau mas sudah berapa lama di radio?
cepak: setahunan...

basa- basi agak panjang dia terus bertanya, saya terus menjawab......(ada tawa dalam hati)

cepak: saya sekarang sedang membuat feature radio...
saya : ooo ada yaaa feature radio
cepak: yaaa saya akan membuatnya, situ mau gak di wawancarai....
saya : yaaa kalau bisa membantu sih silakan saja, seputar apa yaaaa...
cepak: seputar upah jurnalis,....
saya : oooo kalau seputar upah saya silakan...

dia mempersiapkan alat rekamnya dan menyodorkan microphone berkondom merah...

cepak: menurut situ upah yang anda terima saat ini cukup tidak?
saya : cukup mas, kalau tidak cukup berarti saya akan punya hutang...
cepak: gaji yang anda terima saat ini berapa?
saya : ooo itu mah rahasia, teman se kost pun tidak tahu.....
cepak: kisaranya di bawah 2 juta?
saya : lebih diatasnya
cepak: di bawah 3 juta tentunya? tapi itu setelah anda dua tahun atau dari pertama masuk?

dia terus mengorek pastinya berapa.....mulanya saya menolak tapi dia sungguh wartawan (jurnalis) dan akhirnya kisaran pun ia dapatkan....(tetapi seakan ingin mendapat jawaban UPAH SAYA TIDAK CUKUP)

cepak: dengan gaji segitu anda merasa cukup?
saya : kalau menyakut perasaan sih cukup mas, bisa menghidupi anak istri....
cepak: anda bisa nabung?
saya : yaaa cukup untuk hidup sebulan mas, kalau bisa nabung namanya lebih dari cukup...

dia terus mendesak saya supaya keluar kata-kata tidak cukup, kurang dsb...

cepak: anda tidak bisa nabung, bisa beli barang-barang mewah?
saya : ini saya bisa beli jam.....

dia berfikir agak lama,

saya : mas ini berkaitan dengan upah wartawan yang 3 juta lebih itu yaaa?
cepak: iya...
saya : dari mana sih ukuran 3 juta itu menjadi standar gaji "yang cukup"
cepak: oooo eeeeeuuuuu

dia pun tanpa basa-basi meninggalkan saya, dia sungguh wartawan, tanpa terimakasih....., atau memang seperti itu yaaa.... ah sudahlah itu oknum, nila...
 
diketik oleh helmi matari
0 ada komentar?
seperti mentari yang tak mengeluh pada harus