Friday, February 09, 2007,11:50 PM
jangan tanya tentang ini

cerita sedikit, ini perjalanan saya ketika periksa mata disalah satu RS Jakarta, ketika saya datang, langsung menuju tempat pendaftaran, dengan otomatis (mirip robot) customer service (CS) mempersilakan saya untuk mengisi kertas dengan beberapa kolom (identitas), nama, alamat, no. telp, dan agama. terlihat memang biasa saja (hal yang umum).
saya memberikan kertas yang telah diisi, lalu CS tersebut bertanya kepada saya "agamanya apa mas?".......

terlihat seperti biasa saja, tetapi saya sengaja tidak mengisinya...bukan karena saya tidak beragama tetapi saya malu menulisnya ataupun mengatakannya. bukan malu dengan Islamnya tapi malu dengan tak islaminya saya.....lebih pada introspeksi diri!!
jika mengatakan Islam sebenarnya juga beres sampai disitu tak akan ada pertanyaan lanjutan lagi misalnya suka shalat, puasa, atau paling mendasar lagi percaya pada Tuhan......
saya menjawab terserah mba saja lah.... yah udah islam saja mba.....di KTP saya tertulis demikian... (si mba dan beberapa temannya heran dan terbengong-bengong)
sambil menunggu nama saya di panggil (saya sudah bisa memastikan saya akan di panggil tuan di Ruamah Sakit), saya merenung sejenak benarkah saya ini beragama Islam?

sekedar Ilustrasi:

jika saya membawa 2 alat penampung air minum dengan serta merta kita bisa mengkategorikan yang mana gelas yang mana cangkir? mengapa? saya mempunyai suatu kesimpulan karena keduanya memiliki ciri yang berbeda sehingga bisa dengan serta merta diidentifikasi......(walaupun boleh kita menyebut cangkir dengan sebutan gelas atau sebaliknya, tapi rasanya kita akan tersenyum sendiri sesudah itu)

balik lagi ke yang tadi, shalat tidak pernah, perilaku tidak sesuai dengan apa yang diajarkan islam (berzina, mabuk dst, dst). pantaskah saya menyebut diri saya beragama Islam? ah takut rasanya memikirkan hal tersebut........
 
diketik oleh helmi matari
0 ada komentar?
seperti mentari yang tak mengeluh pada harus