Thursday, March 29, 2007,9:19 PM
NOL
sudah lama rasanya, tak berjumpa dengan pecahan NOL Rupiah......

Nol sewaktu masih di kampung mungkin bisa hidup seminggu, memang bukan tak makan, atau tak merokok, karena di kampung(teman- teman)ada istilah Romantis: Rokok, Makan Gratis.
Di Jakarta Ini sepertinya Nol rupiah kurang mungkin untuk seminggu, yaaa....11,5 jam saja rasa was-was menghampiri malah jadi paranoid!!!!

Teman? sepertinya disini beda? oh bukan beda (sungguh) tapi seharusnya konsep itu dibedakan diruang kecil pikiranku.

NOL 11,5 jam saja, yaa dihitung sejak makan siang terakhir di tetangga sebelah, yang sekarang ini saya anggap warung nasi serba 5 ribu (WALIBU). makan dengan apapun pasti 5 ribu kecuali tambah krupuk yaaa tambah Rp. 500,-

NOL, di Walibu, sejak 4 pecahan 1000 dan 2 pecahan 500, berpindahtangan ke si mpu Walibu dengan ditukar sepiring Nasi, ikan kembung, sayur bayam, tempe dan sehelai rambut yang agak kriting......

NOL, setelah 11,5 jam....... horeeeee sebagai buruh aku terima upah melalui sebuah kartu yang dikeluarkan Bank Swasta Beragama..... tepat jam 24.00 (teorinya) tapi seringkali mesin itu macet (mungkin bapak petugas yang berada dalam mesin itu tertidur pulas atau capek menghitung uang) bayangkan saja, kotak mesin itu begitu kecil untuk dimasuki manusia cerdas yang akan memberi kita uang hanya dengan menekan tombol-tombol.......

Nol, di depan mesin uang, tombol rahasia, tekan nominal yang kita inginkan (tapi kita harus tahu diri!!!) jangan minta terlalu banyak, karena pak petugas mesin sangat pelit kita diharuskan menyisakan 50.000,- sebagai imbalan atas jasa dia dikurung di mesin itu.....

Tidak Nol lagi, 2 pecahan 50.000,- pak mesin berikan sekaligus kartu dan struk bertuliskan sisa uang.....struk dan kartu saya simpan di dompet, uang saya masukan ke saku depan.....tersenyum sedikit...

Nol.....tidak Nol lagi......pergi ke Kantin........Lupa berterimaksih pada pak mesin......apalagi pada Tuhan...........
 
diketik oleh helmi matari
seperti mentari yang tak mengeluh pada harus